Thursday, November 12, 2009

Triumphal Entry

Matius 21:1-17

Sebelum masuk kedalam pembahasan mari kita lihat situasi dimana pembaca mula-mula injil ini melihat bagian ini. Tanggal 25 Desember dicatat sebagai hari libur, bukan sekedar libur nasional namun bahkan libur internasional. Tanggal itu dirayakan sebagai salah satu hari raya Kristen yaitu hari raya natal, peringatan kelahiran Tuhan Yesus. Bahkan orang-orang non Kristen pun merayakan hari ini sebagai hari yang mana mereka bisa mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, kita melihat mall penuh dengan pernak pernik bahkan lagu-lagu natal. Apakah ini menandakan bahwa kekristenan telah diterima luas, bukan!!! Ini hanya menandakan bahwa orang pada zaman ini semakin mencintai uang dan tidak segan-segan untuk memakai simbol-simbol agama untuk meraup keuntungan. Namun sesungguhnya ada peristiwa yang benar-benar penting pada tanggal 25 Desember, dan hal itu sangat membekas dalam pikiran orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus. Sekarang 25 Desember adalah hari penting, hari dimana orang Kristen sibuk, hari dimana sms kreatif dari yang beres sampai yang bernada canda semata membanjir di HP kita, hari yang bila kita pikir kepentingannya sebenarnya memiliki signifikansi yang sangat remeh (kita sudah latah merayakan Natal mulai kita kecil). Sebaliknya pada tanggal 25 Desember lebih dari 2000 tahun lalu, tepatnya 25 Desember 167 sebelum Masehi (SM) orang-orang Yahudi dikejutkan dengan sebuah peristiwa besar.

Ini adalah 25 Desember pertama yang akan kita lihat. Ketika Israel bertubi tubi ditekan dibawah kuasa Babel, Media Persia serta Yunani. Alexander Agung sang pemimpin besar Yunani mati muda pada umur 33 tahun, (umur yang hampir sama dengan Tuhan kita Yesus Kristus dengan pencapaian besar namun dampak yang berbeda), kerajaan Yunani dipegang oleh 4 panglima nya yang kesemuanya bukan anak Alexander. Kekuatan tersebut pada akhirnya terbagi menjadi dua kekuatan besar yaitu dinasti Ptolemi di Mesir dan dinasti Seleukid di Siria. Mulanya Israel ditekan di bawah dinasti Ptolemi pada tahun 311-198 SM, dan setelah itu dinasti Seleukid pada198-164 SM. Pada masa dinasti Seleukid inilah pertanyaan iman yang begitu eksistensial dari sebuah bangsa yang mengaku memiliki iman dalam TUHAN semesta alam berhadapan dengan ketegangan yang sangat nyata. Janji, merupakan salah satu elemen terpenting dalam kehidupan iman Israel (dan kita). Mereka mengharapkan penggenapan janji hadirnya pertolongan dari pihak TUHAN namun kini mereka bahkan berhadapan dengan satu kekuatan brutal dan sangat kafir, Antiokus Epifanes. Pada zamannya, kekaisaran Romawi mulai bangkit sebagai kekuatan dahsyat yang siap menelan musuh; Romawi menekankan pembayaran yang berat pada Antiokhus Epifanes; disisi yang lain bervariasinya ras dan suku di bawah kekuasaan Epifanes membuatnya susah menyatukan visi bangsa terhadap daerah jajahan yang terdiri dari bangsa-bangsa yang sangat majemuk (termasuk Israel). Maka diapun menerapkan kebijaksanaan yaitu dengan membebankan pembayaran yang tinggi serta menyebarkan budaya Yunani kepada bangsa-bangsa dibawahnya termasuk Israel. Disini kita melihat satu tembok terjal yang menghadang Israel dalam berkukuh pada imannya. Dalam pengalaman fisik mereka sangat ditekan, dan dalam pengalaman beragama, mereka sangat ditekan untuk menjadi Yunani; Epifanes berharap dengan demikian dia dapat menghindarkan pemberontakan dari negara-negara dibawahnya. Tidak ada hal yang dianggap kudus baginya; bahkan dia menerapkan hukum yang sangat keras bagi orang-orang Yahudi; bukan sekedar penetapan mengenai pembayaran uang, namun juga dia menekan pelaksanaan aturan-aturan agamawi orang Israel. Dia melarang penyunatan, pengudusan hri Sabat, penyajian korban-korban di altar, dan setiap orang yang berani melanggarnya akan dibunuh dengan cara yang sangat kejam, pada waktu itu dia memasuki bait suci, dan mempersembahkan persembahan kepada Zeus, kitab Taurat yang ditemukan dirobek dan dibakar. Puncaknya dia bahkan mempersembahkan babi, binatang yang paling haram di dalam bait suci. Hal itu terjadi pada tanggal 25 Desember 167 SM. Hal ini dilakukannya untuk melebur ke Yahudian mereka, yang benar-benar lekat dengan praktek agama mereka sehingga mereka bisa memiliki visi yang sama dengan Epifanes. Orang-orang Yahudi mengaitkan kejadian ini dengan nubuat dalam kitab Daniel 11:31. Dalam kondisi sepeti itu, pengetahuan teologis benar-benar seolah diperhadapkan dengan suatu realita yang berbanding terbalik secara total.

Gempuran hebat pernah terjadi pada tanggal 25 Desember, dan kini momen 25 Desember itu sering kita jadikan momen untuk melakukan gempuran kembali dengan mengadakan penginjilan; apa yang bisa kita katakan selain bahwa itu adalah anugerah TUHAN, dan bahwa TUHAN senantiasa hidup dan berkuasa tidak peduli betapa miris keadan kita saat ini. Saya memberanikan diri sebagai hamba Tuhan untuk berkata, jangan takut untuk terus berharap, ketika kesulitan yang begitu pelik menimpa kita; jangan takut untuk berharap, Dia senantiasa hidup dan menang. Kisah tersebut begitu membekas dalam benak orang-orang Yahudi dan hal tersebut menimbulkan gerakan perlawanan yang begitu sengit. Posisi mereka semakin terjepit dengan adanya banyak orang Yahudi yang pada akhirnya degnan rela mengikuti Epifanes. Mereka yang bertahan terus percaya bahwa Allah akan bertindak, akan datang pertolongan yang datang dari Allah, dan hal tersebut menimbulkan banyak perlawanan yang satu persatu ditumpas. Dalam kondisi seperti inilah pengharapan akan Mesias semakin kuat dalam benak mereka. Saya ingin bertanya, ketika deraan yang begitu menekan kita datang, kepada siapa kita berharap??? Sering kali mungkin ketika masalah datang kita berpikir mengenai solusi, kita berpikir untuk meminjam uang, kita berpikir tentang dokter yang baik, kita mencari backing, kita tidak berreaksi secara spontan mengharapkan Allah. Dunia modern sudah sangat kuat mengajarkan kita untuk bergantung pada diri sendiri. Sampai pada suatu titik Tuhan membawa kita untuk mengerti bahwa kita tidak bisa berharap kepada siapapun juga selain kepada-Nya. Ketika ada tekanan yang menerpa begitu berat sehinga kita benar-benar tidak memiliki jalan lain, mari kita bersyukur, sangat mungkin Tuhan sedang ingin mendidik kita, kita mungkin udah terlalu sering mengandalkan diri sendiri atau teman-teman sehingga Tuhan membawa kita pada kondisi tidak berpengharapan supaya kita mendongakkan kepala kepada-Nya.

Seorang imam bernama Matatias bin Yohanan dipaksa untuk mempersembahkan persembahan kepada allah Yunani dan dia menolaknya, bahkan dengan kegeraman yang memuncak dia membunuh baik orang Yahudi yang kompromistik maupun prajurit Yunani yang ada disana. Setelah peristiwa itu dia melarikan diri bersama kelima anaknya di padang gurun dan merancangkan pemberontakan. Setelah kematian Matatias pada tahun selanjutnya maka putera ketiganya yang bernama Yudas yang disebut Makabeus (palu, godam) memimpin pemberontakan. Menghadapi pasukan yang jauh lebih banyak, Tuhan memberikan beberapa kemenangan besar kepada Makabeus. Pada tanggal 25 Desember 164 BC, tepat 3 tahun setelah Epifanes menajiskan bait suci, dia memasuki Yerusalem dan berseru “Hosanna!!!”, setelah itu dia memasuki bait suci, membersihkannya dari altar dewa-dewa asing. Sebuah peristiwa yang begitu mirip dengan apa yang dicatat oleh Injil Matius ini. Peristiwa ini begitu besar sehingga tidak ada satupun dari keempat penulis Injil yang melewatkan, ketika Tuhan Yesus melakukan hal yang mirip. Bahkan dari susunannya juga penulis-penulis Injil begitu mirip kecuali Yohanes yang memberikan pembersihan bait suci di depan-depan bagian injilnya. Setelah era Seleukids disingkirkan, Israel mengalami masa merdeka sejenak pada zaman Hasmonean, yaitu dinasti dari anak dari kakak tertua Yudas yang bernama Simon. Peristiwa ini begitu penting dalam masyarakat Yahudi, mereka mengingat kembali bagaimana kumpulan budak yang tidak bisa berperang dikeluarkan Tuhan dari kekuatan Mesir yang begitu dahsyat. Sayangnya periode ini tidak berlangsung lama. Raja-raja Hasmonean tidak berpaut kepada Tuhan seperti Yudas. Kekuatan Roma lewat Ptolemi menginfasi Israel pada tahun 63 SM dan Israelpun memasuki periode paling kelam dalam sejarahnya. Mereka ditindas dibawah kekuatan yang paling sadis dan brutal. Dalam kondisi seperti inilah Kristus Yesus hadir. Dia tidak datang dalam kondisi nyaman, seperti polisi-polisi dalam film action holywood. Dalam film biasanya polisi datang setelah penjahat diringkus oleh sang jagoan. Kristus Yesus datang dalam kondisi yang paling terpuruk, inilah seorang pemimpin. Apakah kita akan pergi dan mencari tempat aman, Kristus datang di dalam kondisi yang paling tidak aman, dan kuasa-Nya yang besar mengalahkan kerusakan tersebut.

Matius secara khusus menuliskan kejadian ini dalam Injilnya dan hal ini memberikan provokasi mengenai Mesias yang diharapkan Israel. Makabeus pernah melakukan hal serupa, memberikan dampak yang berlangsung sekitar 80 tahun. Sekarang mari kia lihat ada orang lain yang melakukan hal yang serupa, apakah dampaknya, berapa lama efeknya akan bertahan??? Dikisahkan disini Yesus mengendarai keledai. Hal ini langsung dikaitkan dengan Zakharia, sekali lagi mengenai nubuatan Mesianis. Matius tidak mencatat kegemilangan Makabeus yang menyandang pedang, namun mencatat Yesus yang mengendarai keledai. Sebuah kondisi yang dipakai Matius dengan sangat cerdas, dia ingin menggambarkan bahwa Mesias yang diharapkan ada disini, namun memang dengan gaya yang berbeda. Mereka berteriak Hosana bagi Anak Daud. Kata Hosana ini berarti seruan untuk minta keselamatan hal itu dikutip dari Mazmur 118. Makabeus berteriak Hosanna, memohonkan keselamatan, namun kini orang-orang berseru Hosana ketika Yesus ada disana. Dan ketika Dia memasuki Yerusalem, gemparlah seluruh kota. Ini sangat unik, Yesus telah melakukan banyak sekali hal namun yang terpenting seolah belum dilakukan-Nya, yaitu menyandang pedang. Sering kali kita gagal melihat yang penting dan yang kurang penting, yang penting bagi kita seringkali tidak penting bagi Tuhan. Kita menganggap uang terlalu penting, kedudukan, gengsi terlalu penting, namun Tuhan menganggap relasi dengan Diri-Nya lah yang terpenting. Kita akan melihat apa hal penting yang dikerjakan oleh sang Mesias, namun kurang ditangkap oleh orang-orang Yahudi waktu itu. Seperti Yudas, yang dilakukan oleh Yesus adalah membersihkan bait suci. Makabeus membersihkan bait suci dari penyembahan berhala dan kini Kristus membersihkannya dari para pedagang yang memanfaatkan kegiatan keagamaan untuk mencari uang. Manipulasi agama demi cinta uang ternyata sudah ada sejak zaman dahulu. Dia melakukan tindakan penyembuhan serta mujizat-mujizat. Namun kita melihat sebuah reaksi yang begitu mengejutkan. Imam-imam kepala dan para ahli Taurat dongkol kepada Yesus. Para imam kepala banyak berasal dari golongan Saduki yang sudah merasa cukup nyaman dengan status quo mereka. Mereka memiliki kedudukan yang relatif lumayan karena mereka bersikap lebih terbuka terhadap pemerintahan Romawi; tidak heran golongan Saduki ini sangat bermusuhan dengan golongan Farisi yang begitu anti terhadap orang asing. Kita melihat bahwa kini musuh bersama mereka (Yesus) akan dinobatkan sebagai raja. Mereka tidak terima, meski hal tersebut bukan dilakukan Tuhan Yesus dengan tanpa tanda. Dia menyembuhkan banyak orang sakit. Apakah tanda, apakah mujizat membuat orang percaya, tidak!!! mujizat akan membuat orang semakin jengkel ketika mujizat tersebut tidak berpihak kepada mereka. Bukankah hal tersebut juga terjadi pada diri kita??? Kita mungkin bisa berkata luar biasa pekerjaan Tuhan ya, ketika tetangga kita mendapatkan pertolongan Tuhan, namun dengan sangat hambar. Bayangkan bila kita miskin, kita mengalami kesulitan, anak kita sakit, dan terus tetap berada dalam kondisi demikian, sementara itu saudara segereja kita baru saja mendapatkan promosi dalam pekerjaannya, dan anaknya yang sakit keras tiba-tiba mendapatkan mujizat Tuhan dan sembuh. Bukannya penderitaan kita sedikit berkurang karena adanya berita baik itu, kita malah dongkol, kita menjadi sebal, kita hanya bisa menerima mujizat Tuhan bila hal itu menyenangkan kita. Sesungguhnya kita tidak berharap kemuliaan Tuhan dinyatakan, namun kita hanya mengharapkan pertolongan-Nya saja. Matius dengan sangat cerdas namun menusuk memasukkan orang kafir, yaitu kepala prajurit yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Namun justru mereka yang mengaku ahli Taurat justru degil hati, orang yang berada dalam pengharapan Mesianis yang sangat lama justru menolak, sangat ironis; mereka hanya mau apa yang mereka mau. Ini sama sekali berlawanan dengan spirit Yesus. Mujizat Kristus diberikan dan membuat orang terhenyak, mujizat-Nya adalah: Anak Allah , Yesus masuk ke kota Daud, dielu-elukan, memantik kembali pengharapan untuk kesekian kalinya yang sebelumnya senantiasa gagal, mengingatkan akan revolusi Yudas Makabeus. Dia diurapi,namun bukan seperti Daud yang diurapi oleh Samuel, bukan sepert Yehu yang diurapi oleh Elisa, Dia diurapi bukan oleh nabi, bukan oleh imam, namun oleh manusia second class yaitu perempuan. Dia diurapi bukan selanutnya untuk masuk ke dalam istana mewah, namun pengurapan-Nya adalah persiapan penguburan. Tahta-Nya adalah seonggok kayu kasar. Namun mari kita lihat, Yesus menjadi raja bukan untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan, bukan untuk membebaskan rakyat dari penjajahan Filistin atau Babel. Atau Romawi, Dia naik tahta untuk membebaskan kita dari tawanan iblis, Dia naik ke tahta untuk menghidupkan kita yang telah mati ini; bangkai-bangkai diri kita yang terus membusuk ini dihidupkan kembali di dalam Yesus Kristus, sang Raja yang disalibkan. Inilah jawaban Mesianis, Yesus menunjukkan karya-Nya yang begitu agung, Dia menjadi Raja dan yang dilakukan-Nya adalah membersihkan bait suci, membersihkan kediaman Allah. Inilah yang dipandang-Nya penting, bukan kedudukan bukan uang, bukan popularitas. Bagaimana dengan kita, apa yang menjadi fokus hidup kita, apa yang kita harapkan, adakah kita berharap nama Tuhan ditegakkan??? mari mengingat bahwa Yesus membersihkan bait suci, inilah fokus pelayanan-Nya, bahkan tuduhan terhadap bait suci inilah yang mewarnai perjalanan-Nya menuju tiang hukuman itu. Paulus mengatakan bahwa kita ini, gereja Tuhan inilah bait suci, kediaman Allah, yang melaluinya Allah memerintah; bait ini menjadi fokus yang sangat penting dalam pelayanan Kristus Yesus, Yesus lah bait yang sejati itu, kepenuhan Allah ada di dalam-Nya, dan selanjutnya kitalah bait itu, yaitu tubuh Kristus yang melaluinya kehendak Allah digenapkan, masihkah kita mau mencemarkan bait ini, masihkah kita memenuhinya dengan kecemaran, dengki, iri hati, cinta uang, dsb??? Ingatkah kita karya pembersihan Tuhan kita difokuskan pada pembersihan bait ini??? (KK)

GOD be praised!!!

No comments:

Post a Comment