Sunday, February 22, 2009

False triune god

Allah telah menyatakan Diri-Nya kepada manusia secara khusus dalam Alkitab sebagai Allah Tritunggal, di sisi yang lain kita melihat bahwa iblis mencoba untuk (lagi-lagi) membuat tiruan, memalsukan apa yang dinyatakan oleh Allah. Dalam hal ini saya berhutang secara khusus kepada Brian J Walsh dan Richard Middleton (Transforming Vision) yang memberikan kepada kita usulan mengenai tritunggal palsu yang sama sekali tidak kudus.

Non-probadi pertama dari tritunggal palsu ini adalah saintisme, kita sudah punya anggapan bahwa dia yang punya ilmu pengtahuan yang tinggi lah yang akan maju. Hal ini meresap hingga ke semua lini masyarakat kita sehingga penyembahan terhadap ilmu pengetahuan sudah tidak asing lagi bagi kita; kita akan kesulitan mencari sekolah bagi anak kita, kita mencari sekolah yang memberikan penawaran mengenai ilmu yang terbaik bagi anak kita (tentunya dengan harga yang bersaing, ini nanti berkaitan dengan non-pribadi ketiga dari tritunggal palsu ini). Bagi para hamba Tuhan, demi menyembah tritunggal palsu non-pribadi yang pertama ini, mereka mengejar ilmu pengetahuan yang paling tinggi, studi-studi biblika yang paling baru, pengajaran filsafat yang paling "laku" sebab inilah tuhan yang mereka kejar; alih-alih belajar tinggi karena ingin mengenal Tuhan yang sejati, mereka malah mengejar ilmu (tentang Allah, tentang hermeneutika, tentang Alkitab dsb), mereka menyembah pengetahuan yang adalah tuhan palsu ini.

Non-pribadi tritunggal palsu yang kedua adalah teknisisme; hidup kita sudah sangat tergantung pada mesin, kita memuja mesin, dan kalau bisa menjadikan segala sesuatu sebagai mesin kita (termasuk Tuhan dan sesama kita). Mesin adalah non-pribadi kedua yang diperdewakan oleh manusia; dengan teknologi manusia dianggap dapat menggenggam alam, manusia dipandang mampu menaklukkan dunia. Yang menjadi pertnyaan kita adakah kemajuan yang sangat pesat dari tuhan mesin ini membawa kebaikan bagi manusia, ataukah mesin ini serupa Syiwa -dewa perusak dalam agama Hindu- yang semakin merusakkan kehidupan kita... Hal ini harus menjadi renungan kita.

Sementara non-pribadi ketiga dari tritunggal laknat ini adalah ekonomisme; tampaknya non pribadi inilah yang mengontrol dan menjadi motif dalam dunia ini. Sains dan teknologi sangat didorong oleh motif ini. Celakanya bahkan pelayanan kerohanianpun kini ditawarkan dengan motif ini. Manusia zaman ini hampir tidak ada yang tidak mengenal satu kata kunci yang mampu menghubungkan semua manusia di seluruh bumi ini, kata itu adalah dagang. Untuk apa kita bersekolah, jadi dokter, arsitek dsb. Jawabannya adalah supaya kita bisa melacurkan diri kita dengan kemolekan badan kita, yaitu payudara ilmu kedokteran, paha seksi ilmu arsitektur, ataupun suara erotis dari ilmu manajemen; apakah kita mengejar kesemuanya itu untuk melayani Tuhan kita yang sejati. Semestinya!!! tapi kenyataannya??? Ah kita hanyalah pelacur, yang memperdagangkan diri, sekolah kita hanyalah bedak, lipstik yang kita pakai untuk menggoda laki-laki hidung belang, yaitu perusahaan-perusahaan top yang punya uang banyak. Itulah non pribadi ketiga yang kita sembah... dunia kita ini mirip dengan gang Doli besar (gang Doli adalah sebuah kompleks prostitusi di Surabaya, ada orang berkata bahwa ini adalah kompleks prostitusi terbesar di Asia Tenggara namun saya tidak pernah melakukan verifikasi atas kebenaran data ini), dan kitalah pelacur-pelacurnya.

Dan herannya ternyata kultus kita terhadap allah palsu ini memiliki motif yang sama dengan penyembahan (palsu) kita terhadap Allah Tritunggal yang benar, yaitu berpusat kepada diri. Kita sudah sering sekali mendengar khotbah mengenai motif-motif manusia yang memperalat agama demi keuntungan diri sendiri; termasuk ketika manusia menyembah Allah demi kepentingan diri sendiri (self centered worship). Menarik untuk dicermati bahwa penyembahan terhadap allah-allah palsu ini ternyata juga untuk kepentingan diri kita sendiri. Manusia mengejar dewi ilmu pengetahuan, mengejar kemampuan sang dewa teknologi yang paling tinggi demi melayani sang pamuncak yaitu dewa uang; tapi untuk apa itu kesemuanya, tentu saja jawaban aklamatifnya adalah untuk saya!!! Untuk kemudahan hidup saya!!! bahkan semua motif sosial dan religius ternyata juga kita lakukan untuk kepentingan kita sendiri. Untuk apa pintar, supaya bisa kerja baik, supaya dapat banyak uang; bukankah dengan punya banyak uang kita jadi bisa kasi gereja, kita bisa bantu orang-orang miskin dsb. Apa salahnya??? (Kita mungkin pernah mendengar atau mengucapkan kalimat seperti ini dalam berbagai versinya) Salahnya semua tujuan diatas sebenarnya hanyalah tempelan, sebuah motif palsu dibalik penyembahan kita yang asli. Semua kegiatan religi dan aksi sosial hanyalah untuk menambal bolong-bolong dari kesejatian diri kita. Ini adalah kengerian yang paling utama, ini adalah penyimpangan yang paling dasar, yaitu penyimpangan objek ibadah kita; kita menyembah allah palsu yaitu tritunggal yang sama sekali jijik, dan semuanya itu kita lakukan untuk memanjakan diri kita yang berdosa. Untuk apa mendirikan gereja, jawabannya adalah untuk mendapatkan income, sebaliknya untuk apa pergi ke gereja, jawabannya adalah untuk mendapatkan berkat yang berupa income, atau setidaknya untuk penutup mata Tuhan agar Dia tidak melihat darah yang melekat pada tangan kita, yaitu darah para pekerja dan lawan bisnis kita yang kita tumpahkan di medan pertempuran bisnis.

Manusia dicipta menurut gambar rupa Allah sendiri; manusia adalah dia yang melaluinya Allah ingin merefleksikan dirinya, karena itu saya percaya natur utama manusia adalah mencerminkan kemuliaan Allah. Mencerminkan kemaharajaan Allah, dalam kesucian, keadilan, dalam cinta-Nya. Namun sayangnya, alih-alih kita dengan penuh bahagia dan sukacita menjalankan mandat mulia ini, kita malah melarikan diri, dan mencari objek lain untuk merefleksikan kemuliaan Allah ini. Kita membuat allah-allah alternatif untuk menggantikan Allah yang asli. Kita menyembah allah palsu, mengorbankan kemuliaan diri kita yang diberi oleh Allah dan dengan suka rela menyerahkannya kepada tritunggal palsu. Sungguh sebuah kebodohan yang terlalu besar.

Satu hal yang tidak kalah mengerikan adalah bahwa kita di dalam dunia ini telah menjadi penginjil-penginjil palsu yang memberitakan injil palsu yang berisi bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada nama yang olehnya kita bisa selamat selain dalam nama dewi ilmu, dewa teknologi, dan dewa uang. Yaitu dengan mewartakannya kepada saudara kita, kepada anak-anak kita, secara sadar ataupun tidak sadar. Ketika kita bertemu teman kita, apa yang kita perbincangkan, apa yang paling menarik perhatian kita untuk kita bicarakan, bursa saham, kenaikan nilai properti, atau penemuan-penemuan teknis terbaru, HP yang tercanggih, atau sekolah-sekolah yang paling mutakhir. Kita akan sangat kecewa ketika anak kita mendapatkan nilai 6.7 dalam ujiannya, namun kita akan berbicara dengan nada bangga mengenai anak kita: Izebel memang nakal ah, tapi dari kecil dia juara terus... Ketika bisnis kita lancar, kita akan tertawa mendengar anak kita bercanda sedemikian (ketika menonton video konser Bee Gees): Pa, itu kan Yesus yang gondrong itu ya, dia nyanyi and pinter maen gitar juga yah... mungkin kita berujar ringan: hush nda boleh bicara gitu ah... Namun sebaliknya ketika dagangan kita rugi, kita akan membentak sekuat tenaga, diiringi tamparan keras ketika gelas kesayangan kita (yang harganya cukup mahal) dipecahkan anak kita. Kita tidak akan terganggu ketika dalam satu Minggu anak kita kehilangan kesempatan untuk beribadah di Sekolah Minggu karena kita akan mengajaknya pergi berlibur, sebaliknya kita akan kalang kabut ketika dia tidak bisa mengikuti ujian karena sakit. Kita sudah secara tidak sadar dengan begitu tekun mengajar anak kita untuk hormat dan menyembah tritunggal palsu. Dengan jalan inilah kita telah menjadi agen dari allah-allah palsu ini.

Mari kita merenungkan kembali siapakah Allah yang sejati, siapakah kita ini, seperti apa seharusnya kita hidup, siapakah yang semestinya kita sembah...


From Bintaro with love...

GOD be Praised!!!

Friday, February 20, 2009

Triune God

Ortodoksi kekristenan tidak membiarkan pengajaran bidat memalsukan doktrin yang paling dasar dari kekristenan, secara khusus saya berbicara disini mengenai Allah Tritunggal. Pergumulan mengenai doktrin Allah Tritunggal telah mengalami berbagai perkembangannya hingga saat ini. Mulai Tertullian, Origen, Arius, berbagai konsili, Agustnus, dsb doktrin ini mengalami berbagai bentuk perubahan serta penyempurnaan. Syukur pada Allah, pada zaman ini kita bisa mendapatkan bentuk formulasi mengenai Allah Tritunggal dengan melihat pada karya iluminasi Allah Roh Kudus kepada para orang kudus, gereja Tuhan sepanjang sejarah mengenai doktrin ini. Secara ontologis kita mendapatkan rumusan ini demikian, yaitu bahwa Allah kita adalah Allah yang esa, diluar Dia tidak ada allah. Dia adalah satu-satunya yang layak dan harus menjadi sasaran ibadah kita. (Kel 20:1). Dia, yaitu Allah yang esa, terdiri dari tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Ketiga Pribadi tersebut unik, tidak bercampur dan tidak terpisah.

Saya ingin mengajak kita kembali melihat satu pendekatan dalam memahami Allah Tritunggal. Sekali lagi ini adalah pendekatan (approach) sehingga tidak mengharuskan kita untuk memilih formulasi Tritunggal yang mana yang harus kita pegang. Dalam segala keterbatasan saya, saya melihat bahwa doktrin Allah Tritunggal telah sangat banyak dibicarakan dalam wilayah filosofis, mengenai keberadaan ontologis-Nya, mengenai formulasi yang paling tepat dan dapat diterima akal kita, plus sesuai dengan apa yang dinyatakan Alkitab. Dengan demikian maka kita sampai pada pengertian Allah Tritunggal seperti sekarang (sekali lagi puji TUHAN telah memakai pergumulan orang-orang kudus yang sangat setia di masa lampau dan kini, yang kepada mereka kita semua dengan rendah hati belajar). Namun ada kecenderungan yang saya percaya kurang sehat dalam pembicaraan mengenai doktrin ini. Dalam suatu sesi Sekolah Minggu diRata Penuh GRII Kelapa Gading ketika saya mengajarkan materi ini kepada anak-anak kelas 5-6 SD, satu anak dengan jujur berkomentar sengan sopan, duh pusing nih kak... saya percaya bahwa mengenal Allah, mengenal PribadiNya adalah satu hal yang teramat berharga, kebenaran itu tidak boleh diluputkan dari setiap orang percaya, namun ada kecenderungan bahwa pembahasan doktrin ini menjadi satu hal yang sangat rumit dan melelahkan. Saya terkejut ketika mempersiapkan materi untuk kelas pra remaja dengan menggunakan katekismus Heidelberg, dimana doktrin “sulit” ini didekati dengan cara yang sangat lain.

Katekismus ini tidak membahas secara detail mengenai kebenaran-kebenaran abstrak mengenai Allah Tritunggal secara ontologis tetapi menggarap detailnya dalam pembahasan mengenai Pengakuan Iman Rasuli. Katekismus ini diawali dengan pertanyaan mengenai comfort manusia yang mana hanya jika manusia tersebut dimiliki oleh Kristus Yesus. Untuk itu katekismus ini membawa kita pada sebuah introspeksi panjang mengenai betapa jauhnya kita terjerembab kedalam dosa, dan betapa mengerikannya kita yang berada di dalam dosa. Kita sedang berada di bawah penghukuman Allah yang tidak terluputkan. Mewarisi pandangan Luther mengenai hukum Taurat, katekismus ini mengajarkan bahwa dari hukum Taurat yang disajikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus dalam dua kalimat besar (kasihilah Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia) ini manusia diajak untuk melihat dosanya. Konsekuensinya adalah jelas, manusia telah berada di bawah hukuman. Disini katekismus ini mengajak pembaca untuk melihat jalan buntu dari semua pemecahan, dan mendongakkan wajah hati kita kepada Kristus Yesus, sang Pengantara satu-satunya yang mampu dan akan membawa penyelesaian mengenai masalah dosa ini. Orang yang menerima anugerah di dalam Kristus tersebut adalah mereka yang beriman kepada Kristus. Nah Allah Tritunggal dibicarakan di dalam kaitan mengenai iman tersebut. Secara singkat isi pertanyaan jawaban tersebut adalah sebagai demikian:

Question 22. What is then necessary for a christian to believe?
Answer: All things promised us in the gospel, which the articles of our catholic undoubted christian faith briefly teach us.

Question 23. What are these articles?
Answer: 1. I believe in God the Father, Almighty, Maker of heaven and earth: 2. And in Jesus Christ, his only begotten Son, our Lord: 3. Who was conceived by the Holy Ghost, born of the Virgin Mary: 4. Suffered under Pontius Pilate; was crucified, dead, and buried: He descended into hell: 5. The third day he rose again from the dead: 6. He ascended into heaven, and sitteth at the right hand of God the Father Almighty: 7. From thence he shall come to judge the quick and the dead: 8. I believe in the Holy Ghost: 9. I believe a holy catholic church: the communion of saints: 10. The forgiveness of sins: 11. The resurrection of the body: 12. And the life everlasting.

Disini kita melihat satu rangkaian yang luar biasa dahsyat. Allah Tritunggal di bahas dalam rangkaian soteriologi. Ini sedikit berbeda dengan apa yang sering kita dengar, yaitu Allah Tritunggal di dalam Penciptaan, Allah Tritunggal di dalam Penebusan, dsb. disini pembicaraan difokuskan kepada karya besar penebusan Allah, dan Allah Tritunggal menyatakan DiriNya di dalamnya.

Pertanyaan mengenai satu dan tiga dalam katekismus ini dijawab dengan kesederhanaan :

Question 25. Since there is but one only divine essence, why speakest thou of Father, Son, and Holy Ghost?
Answer: Because God has so revealed himself in his word, that these three distinct persons are the one only true and eternal God.

Kesederhanaan katekismus ini mengajak kita untuk berpikir dan bergumul secara serius mengenai konsep pikir kita tentang kebenaran. Apa yang dinyatakan oleh Alkitab harus kita terima sebagai kebenaran, Firman Tuhan adalah satu-satunya standar yang mutlak dan tidak tergoyahkan, segala hal yang tidak sesuai dengan pernyataan Alkitab harus kita singkirkan karena kesalahannya. Allah adalah penentu segala macam nilai; baik, buruk, benar salah, indah, tidak indah harus kita verifikasi berdasarkan penafsiran Allah. Apa yang dinyatakan Allah melalui Alkitab adalah benar mutlak, inilah standar yang harus kita pegang dan standar lain harus kita uji berdasarkan standar ini. Ajaran ini tidak bertujuan untuk mematikan segala fungsi pikiran manusia, juga tidak mengajarkan fanatisme sempit yang anti-nalar. Tuhan adalah Pencipta dan Dia yang paling berhak untuk memberikan penafsiran dan memberikan penilaian terhadap segala ciptaan-Nya, karena itu kita menjadikan Firman Tuhan sebagai satu-satunya standar yang tidak tergantikan. Kita menerima Alkitab sebagai standar dengan iman; sebenarnya ketika dunia mengajarkan kepada kita untuk menerima akal sebagai standar tertinggi, hal tersebut juga diterima atas dasar kepercayaan terhadap kedaulatan manusia dan supremasi akalnya, sekali lagi hal tersebut dipercayai terlebih dahulu.

Kini kita kembali untuk merenungkan apa yang dikatakan katekismus ini. Kita diharapkan dapat menerima konsep Tritunggal, dengan dasar bahwa Alkitab telah menyatakannya. Allah adalah esa, diluar Dia kita tidak mengenal allah lain. Dan Allah yang esa tersebut telah menyatakan Diri-nya dalam Alkitab, bahwa Dia adalah tiga Pribadi, Bapa, Putera,dan Roh Kudus. Satu hal yang harus terus menggerakkan hati kita untuk terus memanjatkan syukur dengan tanpa henti kepada Allah adalah bahwa Allah yang menyatakan Diri-Nya sebagai Tritunggal tersebut menyatakan Diri-Nya kepada kita secara demikian dalam kaitan sejarah penebusan. Allah Tritunggal tidak diajarkan didalam Alkitab sebagai materi perdebatan filsafat saja namun sebuah pengajaran yang teramat mulia yang menundukkan kepala kita karena kita sadar kita orang berdosa dan pada saat yang bersamaan mengangkat hati kita didalam syukur yang tak terbendung karena sifat kasih, kasihan, serta ampunan-Nya yang teramat mahal dan mulia.

GOD be Praised!!!

Sunday, February 15, 2009

Hidup itu indah

Apakah hidup ini??? banyak orang berpandangan (sadar atau tidak) bahwa hidup ini mirip seperti permainan game. Jika kita cukup terampil plus punya muka bulat dan jidat yang lebar (katanya orang kaya ginian hokinya besar :D ) maka kita akan menang, lalu apa yang terjadi setelah kita menang??? yah kita tinggal menikmatinya, kita bisa bersantai memasuki bonus stage demi bonus stage, menikmati putaran score yang bergulir deras meningkat menunjukkan betapa hebatnya kita, sungguh nikmat. Kenikmatan pasca kemenangan itulah yang kita cari... Tidak heran ada banyak kakek2 yang masi keliatan gagah, sambil pegang janggutnya berbangga dengan sengsara pada waktu mudanya, saya dulu jualan koran, makan sagu sambil tahan lapar, ah tapi kini saya uda sukses, anak2 saya sudah jadi orang (nda tau dulunya apa kalau bukan orang), sekarang tugas saya sudah selesai... sebaliknya bagi mereka yang kurang terampil dan kurang hoki mereka akan terus2 kecemplung jurang dalam game hidupnya, akibatnya mereka mentok pada level 2 dari 99 level yang ada, nah orang2 ini akan terus restart game tersebut dan memainkannya dengan penuh duka nestapa... Hidup ini terlampau susah terlalu pait, banyak jurang yang saya tak mampu arungi, anak saya bandel, saya miskin, ah hidup memang pait, pengen mati aja rasanya...

Kitab Pengkhotbah memberikan kepada kita sebuah gambaran yang sangat unik mengenai hidup. Pada bagian awal kitab ini, sang pengkhotbah udah mendaftarkan begitu banyak aktivitas hidup manusia dan dia mengatakan bahwa semua itu adalah fana (dalam LAI memakai kata sia-sia), semua itu dapat binasa, bisa berhenti dan binasa. Ini merupakan suatu pikiran yang sangat hebat, berpikir mengenai segala sesuatu dan mendapati bahwa kesemuanya itu akan menemui akhir. Pengkhotbah dengan sangat mengesankan menyatakan bahwa dia memeriksa dan menyelidiki segala sesuatu (1:13-14) dan semuanya memiliki kesamaan, yaitu fana (menguap, seperti nafas- Ibr hebel) -kita bisa melihat kekayaan Hikmat Pengkhotbah ini dari kekayaan gambaran yang dipakai dalam Amsal, yang mana saya percaya sebagian besar ditulis oleh sang Pengkhotbah, yaitu Salomo- Ketika kita bisa mulai berpikir bahwa ada akhir, maka kita baru bisa menikmati atau lebih menghayati apa yang sedang kita hidupi saat ini, dan dengan cara bagaimana kita menghidupinya. Mari kita bayangkan kita berada pada lintasan balap yang kita tidak tau berapa lap panjangnya, sampai kapan kita akan berlari dan kapan kita akan finish, tentu kita akan sangat malas ikut lomba seperti ini. Nah, pengkhotbah telah menyelidiki segala sesuatu dan dia mendapati satu kata yang sama, yaitu kefanaan!!! Segala sesuat memiliki akhir dan segala sesuatu adalah fana. Dari dasar ini nanti kita akan melihat bagaimana dia bisa menilai hidup ini.

Apakah kita pernah berpikir mengenai hidup ini; yah mengikuti tradisi Reformed dari katekismus Westminster tentu kita akan berkata bahwa tujuan kita adalah untuk mempermuliakan Dia, dan menikmatinya sampai selamanya, tapi benarkah kita menggumulkan hal ini??? Pertama kita perlu tau mengenai kefanaan dalam hidup. Yah mengenai hal ini kita sangat2 tau. Tapi celakanya mungkin banyak diantara kita yang “terlampau” tau mengenai hal ini, dan bukan seperti pengkhotbah yang ketika tau maka dia mulai mampu menemukan makna dalam dirinya yang memang telah diberikan oleh Tuhan Allah, kita sebaliknya justru menjadi ignorant terhadap hidup ini. Ini suatu sikap yang sangat berlawanan. Jangan salah, kitab Pengkhotbah bukanlah kitab yang mengesampingkan hidup ini, kitab ini justru menyatakan mengenai bagaimana kita hidup, bukan mempersiapkan kita untuk ramai2 menyampahkan idup!!! Yah kita tau benar bahwa hidup ini fana, kita tau bahwa hidup ini akan berakhir dan kita tau setelah kematian ini kita akan kemana... tapi celakanya kita tidak tau mengapa kita sekarang tetap hidup, kita lebih tau apa yang akan terjadi setelah kita mati. Ada orang bijak yang berkata, ah jangan tanya kepada saya apa itu mati, sebab saya belum tau sebenarnya apa itu hidup (para frase). Mengapa demikian???
Saya percaya doktrin keselamatan (Soteriologi) kita membawa pengaruh yang sangat kuat disini. Apa isi doktrin keselamatan kita??? Sola gratia, Sola fide. Kita diselamatkn oleh Allah melalui iman oleh anugerah Allah semata bukan usaha diri kita; Tuhan menerima kita yang lemah dan tak berdaya (mari menyanyi little one to Him belongs), Tuhan tidak mencari yang kuat, kaya, hebat ( ini sih seleksi alamnya Darwin mungkin yah :D ); lalu untuk apa kita diselamatkan, diselamatkan dari apa??? Kita bisa menjawab dengan sangat lugas diselamatkan dari kutuk dosa, dari kengerian neraka, diselamatkan untuk menikmati kemuliaan Tuhan bersama dengan Dia selamanya; di sorga sana, dengan pakai baju putih dan bermahkota emas (kata guru2 Sekolah Minggu) wah indah sekali bukan??? Yah kalau doktrin keselamatan kita hanya berhenti sampai disini maka tidak heran kalau kita jadi kurang berpikir mengenai hidup kita di dunia ini, kecuali berbagai jaran moral yang dangkal saja. Yah... Tuhan sudah baik buatku, maka yah kamu jangan emosian lah, udahlah dia memang gitu orangnya... (kalimat ini kita anggap menjadi ciri kita sebagai orang Kristen), bukankah Tuhan sudah mengampuni kamu, kamu harus mengampuni donk...

Kita hanya mampu melihat hidup kita di dunia ini sebagai pelatihan moral dari orang yang sudah menerima kasih Kristus. Saya percaya Salib merupakan satu karya yang sangat agung, bersifat misterius, dan sangat menggugah, namun penyeliban Kristus telah sering kali kita sempitkan maknanya hanya pada beberapa kata dari rasul Paulus yang secara lucu kita jadikan ayat emas (bagaikan Amsal kita memotong ayat2 itu dari konteks untuk kita hafalkan dan kita suru anak Sekolah Minggu hafalkan); aku sudah disalib bersama Kristus dan aku sudah dibangkitkan bersama-Nya... Dalam Injil kita mengetahui bahwa kita akan kemana ketika kita akan mati, tapi sayangnya kita lupa bahwa karya Injil, yang berarti pertobatan itu juga memiliki kandungan makna yang diutarakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus kepada si pelacur, pergi dan jangan berdosa lagi. Karya penebusan Kristus mengembalikan ciptaan yang telah dibalik arahkan oleh dosa, bukan melenyapkan ciptaan. Dalam ciptaan ada hidup, dalam hidup ada keberagaman, ada keindahan, ada cinta, namun itu semua telah dibalikkan oleh dosa, dan penebusan mengembalikan semuanya ke order yang benar. Penebusan bukanlah tindakan frustasi dari Tuhan yang kecewa pada kegagalan ciptaan-Nya; Tuhan bukan Dia yang berkata: yah Aku ini uda cukup pada Diri sendiri, cipta ciptaan untuk share kemuliaan eh kamunya malah berdosa, ya uda wes, salahmu sendiri tak ancurin aja... bukan!!! Ketika doktrin keselamatan kita hanya berbicara mengenai bagaimana masuk ke dalam sorga kita akan memiliki hidup yang sempit, kita juga akan menyempitkan kedatangan Kristus kedalam dunia. Kalau kita tanya mengapa Kristus datang ke dunia, mungkin banyak diantara kita yang menjawab dalam hati, yah untuk mati disalib tebus dosa kami (sukur2 kami, bukan cuma saya, titik!!!). Wah kalau cara pandang kita seperti ini kita sebenarnya telah mengabaikan seluruh karya Kristus dan menyempitkannya hanya kepada karya kematian-Nya saja. Padahal Kristus datang ke dalam dunia menggenapkan kehendak Bapa; Dia sang Penebus telah menunjukkan dengan sempurna sebenarnya apa itu penebusan, yaitu membalik arahkan seluruh tatanan hidup kembali kepada kehendak Bapa. Kehidupan Kristus, karyNya sewaktu hidup bagi kita hanyalah sekumpulan ilustrasi untuk cerita sekolah Minggu saja, yang penting Dia mati bangkit dan naek ke sorga dan akan datang kembali titik!!! Jika demikian, tidak heran kita akan kebingungan mendapati makna dalam hidup kita selain seperti yang kebanyakan orang dunia alami, kita bercita2 menurut kita, kita berusaha meraih apa yang kita dambakan, kita berusaha meraih permen dan menghindari pecut, yah (sebagai orang Kristen) plus hari Minggu ke gereja, plus doa pagi, plus datang persekutuan; tapi ujungnya apa, ya mati, ujungnya yang penting nanti mati ketemu Tuhan.
Lho... tapi kenyataannya kita masi dikasi hidup oleh Tuhan kita, Tuhan masi mau kita hidup dan kita hanya pikir nanti kalau mati (bagi org yang idupnya sengsara), atau sebaliknya kita pikir untuk selamanya kita akan idup (bagi kita yang idup senang). Kedua hal ini yang dibabat oleh kitab Pengkhotbah ini.

Satu hal yang sangat ajaib, setelah berbicara banyak mengenai kefanaan, mengenai siklus hidup berbagai mahluk; dia menambahkan bahwa ada ketidak matian dalam diri manusia. Ayat yang kita baca sangat unik, menyatakan bahwa Dia memberikan segala sesuatu indah pada waktunya, dan dilanjutkan kepada ketidak matian manusia. Jika demikian maka kita sama sekali tidak dapat memandang enteng kehidupan kita. Segala sesuatu indah pada waktunya, kapan waktunya itu??? Saya percaya dengan penafsiran yang diberikan oleh LAI, yaitu waktunya bukan Nya besar, artinya ketika segala sesuatu itu datang, maka itu adalah indah. Kita sering bicara ah ini bukan waktunya Tuhan, bukan sekarang, kita kelambatan, atau kita kecepetan, yah nda sesuai dengan waktunya Tuhan sih... dengan demikian ketika satu hal buruk menimpa kita kita akan mendongak dan tanya, ini waktunya Tuhan bukan ya??? Saya percaya setiap waktu ada hal yang terjadi, maka Tuhan akan membuat itu indah, waktunya adalah waktu itu, sehingga dalam segala hal yang terjadi, hal itu terjadi atas ijin dan penetapan Tuhan sehingga itu indah. Indah dimana??? ini menjadi pertanyaan yang lazim kita kemukakan. Indah apanya??? Anak saya sakit, kakak saya kecanduan, apanya yang indah, dimana dia waktu segalanya membuatku sakit??? Ini menjadi suatu pertanyaan yang sama sekali tidak mudah untuk dijawab. Moltman menjawabnya, disini, besama2 kita, Dia menderita bersama kita!!! Dimana Allah ketika orang Yahudi ditindas oleh imperial Roma yang sangat kejam itu, jawabannya adalah disana, bersama2 dengan orang Yahudi yang lain, menderita bersama umat-Nya. Tidakkah ini indah??? Selain kita mengetahui bahwa Allah mengontrol segala sesuatu, Dia maha kuasa, kita juga tau bahwa pada masa2 tersulit kita Dia ada bersama2 kita, menderita bersama2 kita. Yesus berseru kepada Paulus ketika dia belum bertobat, hey Saulus mengapa Engkau menganiaya Aku??? Wah apakah dengan demikian maka kemaha kuasaan Allah berkurang, justru tidak; disini kita melihat bahwa Tuhan dalam kemaha kuasaan-Nya yang bebas dan penuh berdaulat memilih untuk menyertai umat-Nya dan sharing di dalam penderitaan yang dialami. Tidak berhenti sampai disana, Allah juga adalah Allah yang akan mengalahkan segala dosa dan kejahatan; Dia bukan saja menunjukkan solidaritas, namun Dia memiliki kuasa yang luar biasa besar untuk mengangkat manusia kembali. Kita boleh kagum atas orang yang solider; Presiden yang makan bersama wong cilik, wah hebat, tapi inget setelah pulang, presiden tetep presiden dengan mobil yang melaju kencang dan plat RI 1; sementara si wong cilik tetep wong cilik yang mungkin berpikir apakah ada sagu untuk sekedar ganjel perutku dan anak2ku yang jumlahnya 11 biji besok... Allah kita bukan sekedar solider namun Dia adalah Allah yang mampu dan akan mengangkat kita kepada-Nya. (saya tidak memaksudkan sorga model terbang terbangan)Pengharapan akan berakhirnya hidup kita, dan bahwa hidup yang akan berakhir ini akan terus berlanjut hingga tidak ada akhirnya ini akan menjadikan kita aware terhadap hidup kita. Sekali lagi terhadap hidup kita. Banyak yang berpikir bahwa kitab Wahyu itu sangat sulit, kita sangat jarang jamah kitab ini ( takut sesat mungkin :D ), ataupun bagi kita yang buka kitab ini, kita melakukannya sekedar untuk kutak katik, memenuhi rasa ingin tau kita akan apa yang akan terjadi di kemudian hari... hari depan menjadi misteri yang sangat ingin kita pecahkan, ini satu lagi gejala aneh dalam hidup kita, bahkan orang Kristen doyan dengan horoskop; lega kalau bintang anda mengatakan bahwa anda akan enteng jodoh, enteng rejeki... setelah itu apa??? senyum2 membayangkan rejeki yang akan datang di masa datang, dan sekali lagi lupa berpikir mengenai sekarang apa??? Kitab Wahyu merupakan surat yang dikirimkan untuk menguatkan jemaat yang sedang tertindas dsb. Surat ini bersifat pastoral (dengan sastra apokaliptik).
Mengenal hari depan kita, pengharapan eskatologis didalam soteriologi tidak semestinya membuat kita bengong dalam hidup ini sambil menantikan esok, esok, dan esok di sorga, namun semestinya membuat kita semakin mengerti dan bertanggung jawab dalam menjalani hari ini.
Sekali lagi saya balik pada pertanyaan apa yang akan kita hidupi??? Pengkhotbah tidak mengajarkan kepada kita untuk menyepikan hidup di dunia ini. Dia mengatakan makan, minum, itu pun pemberian Allah. Saya sering mendengar kesaksian dari orang yang pergi menginjili, menjadi misionaris dsb. Apa yang saya lakukan, dulunya saya adalah bisnisman, saya mampu membuat tenunan kain yang terbaik, terhalus dengan harga termurah lho, pabrik saya luar biasa besar, ah tapi sejak Yesus dihatiku maka aku meninggalkan pekerjaan duniawi itu dan memulai pergi menginjili. Pertanyaan saya adalah, apakah itu pekerjaan duniawi, apa itu pekerjaan sorgawi??? Dokter itu duniawi atau sorgawi, kalau pendeta, wah jelas sorgawi, kalau tukang pajak, yah jelas duniawi, ini kan pekerjaannya Zakeus... benarkah demikian??? Makan minum, wah itu kedangingan, kurang rohani kalau pikir makan minum, tapi pengkhotbah berbicara dengan sangat lain, itupun pemberian Allah, dan Allah yang melakukannya. Wah Allah kok ajarkan kita jadi orang duniawisih??? Tentu tidak demikian!!! Duniawi atau rohani bukanlah berbicara secara ontologis alam material atau alam spiritual, kalau tukang pajak urusannya dengan alam material gitu, kalau pendeta urusannya jiwa... wah kacau!!! Saya percaya duniawi berarti bersifat melawan Allah, sehingga pendeta mungkin orang yang sangat duniawi, sementara politikus mungkin juga sangat rohani. Namun ini tidak berhenti sampai disini, kalimat itu dilanjutkan supaya manusia takut akan Allah, supaya manusia give reverence kepada Dia. Nah ini sangat penting. Sekali lagi saya ulang mengapa saya hidup??? jawabannya bukan sekedar untuk tunggu mati dan masuk sorga.

Hidup kita ada akhirnya, kita harus memperhatikan aspek ini agar kita berbijak didalam hidup ini, namun hidup ini juga akan terus berlanjut, bukan berakhir begitu saja. Allah memberikan apresiasi terhadap hidup, karena itu marilah kita menghidupi hidup kita ini dengan baik, mendapati makna yang memang telah diberikan oleh Allah sendiri, dalam segala hal yang terjadi, itu adalah indah. Syukur kepada Allah, kita tau bahwa hal itu adalah indah; yang menjadikan indah adalah Allah sendiri. Dia adalah Allah yang menyertai kita, bersama2 dengan kita, apa yang lebih indah dari pada hal itu, dan Dia juga Allah maha kuasa yang akan mengangkat kita dalam persatuan dengan diri-Nya. Mari ktia menghidupi hidup kita dengan penuh gairah, kekuatan, cinta; mari kita bertanggung jawab terhadap hidup kita, menggumulkan panggilan kita, memandang dengan cara yang baru hidup kita yang sama. Kita akan menghadapi realita yang sama, hidup yang sama, guru yang sama, boss yang sama, namun ketika kita melihatnya dengan cara yang baru, yaitu bahwa Allah membuatnya indah, karena Dia sang pemberi nilai indah atau tidak indah, maka sudah semestinya kita merayakan hidup kita mengerjakan hidup kita dalam segala keluasan aspeknya dengan penuh suka dan cinta, demi mempersembahkan takut kita akan Dia.
From Bintaro with love...

Terpujilah ALLAH!!!