Thursday, November 12, 2009

Menghidupi Anugerah

Galatia 2:15-21

Bagian yang kita baca ini merupakan rangkaian argumentasi awal Paulus mengenai berita Injil nya. Saya ingin mengulang sedikit, dalam jemaat Galatia kita melihat ada satu permasalahan yang sangat pelik, hal ini dipandang sangat serius oleh Paulus. Permasalahan ini adalah permasalahan doktrin, dan doktrin disini adalah doktrin yang paling pokok (menyangkut core belief). Dalam hidup kita, kita mendapati bahwa kita berhadapan dengan variasi orang yang begitu banyak, kita berhadapan dengan budaya yang bermacam-macam, cara berpikir yang sangat beragam, bahkan doktrin yang berbeda-beda; disini Paulus sangat sensitif dalam menanggapi perbedaan doktrin ini. Dia tidak bisa mentoleransi bila ini berkaitan dengan iman yang paling dasar. Kita perlu untuk melihat bahwa dalam hidup kita, kita melihat berbagai keberagaman, ada kalanya keberagaman tersebut membawa kelimpahan aspek, namun ada yang benar-benar diluar dari kerangka iman yang sehat. Ketika berhubungan dengan kerangka iman yang mendasar Paulus tidak dapat mentoleransi lagi. Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, ada yang berpengetahuan tinggi, namun karena pengetahuannya itu justru menjadi batu sandungan jemaat yang lemah sehingga Paulus mengecam orang yang menghidupi pengetahuan itu dengan cara sedemikian. Masalah saudara yang berpengetahuan lebih rendah, masalah mengenai makanan dan minuman, itu bukan permasalahan pokok, namun ketika menyangkut masalah iman; Paulus bahkan tidak bisa mentolerir salah satu sokoguru jemaat yaitu Petrus. Paulus memakai kisah ketika dia menegor Petrus sebagai salah satu hal yang menguatkan Injilnya. Ketika makan dengan orang-orang yang tidak bersunat, Petrus mengundurkan diri dari mereka waktu orang-orang dari golongan Yakobus datang; melihat hal tersebut Paulus menegor Petrus secara terang-terangan. Kita ingat bahwa dalam jemaat ini ada keraguan terhadap kerasulan Paulus sehingga dia harus menegaskan keotentikan panggilan rasulinya demi kekokohan berita injil yang diwartakannya. Paulus menyatakan bahwa dia memiliki otoritas rasul Kristus (sehingga dia berani menegor Petrus yang adalah rasul dan merupakan sokoguru jemaat) dan dalam jemaat ini ada kerancuan terhadap isi berita Injil, maka kini Paulus melawan orang yang bertentangan, termasuk Petrus sekalipun. Namun hingga disana Paulus belum menggunakan argumentasinya.

Dalam argumentasinya yang pertama Paulus menyatakan bahwa dirinya adalah orang Yahudi bukan seperti yang lain (jemaat yang bukan Yahudi). Argumen ini penting karena dalam konsep Judaisme, keselamatan adalah datang dari Yahudi dan bukan dari bangsa lain. Paulus adalah dari Yahudi. Yang menjadi pembeda adalah masalah Yahudi dan non Yahudi. Dalam New Perspective on Paul 1, kita melihat konsep mengenai covenant nomism. Dalam konsep tersebut dinyatakan bahwa dalam agama Yahudi yang berpaut pada Perjanjian Lama, keselamatan adalah melalui anugerah, dan pada gilirannya yang menjadi bagian kita adalah bagaimana kita bisa tetap berada di dalam anugerah (tetap berada di dalam Kovenan/Perjanjian dengan TUHAN) tersebut. Taurat dikatakan sebagai rule of life (aturan hidup). Intinya adalah anugerah, Allah pertama-tama memilih Israel, lalu Allah memberikan hukum Taurat bagi umat pilihan-Nya; jadi manusia diselamatkan dahulu baru kemudian diberi hukum, selanjutnya dalam hukum Taurat ini ada tuntutan. Allah menjanjikan upah bagi yang taat dan menghukum yang tidak taat (covenant breaker) namun untuk manusia yang di dalam kovenan dan tidak taat disediakan juga penebusan melalui berbagai sistem pengurbanan. Dalam konsep tersebut kita melihat bahwa tidak ada celah bagi agama yang mengajarkan keselamatan karena perbuatan. Saya percaya ada poin yang sangat kuat yang diangkat oleh EP. Sanders dkk ini, agama Yahudi adalah agama Alkitab (PL), sesungguhnya mengajarkan mengenai anugerah dan tidak salah. Paulus bukan menentang agama Yahudi, namun dia menentang penyimpangan yang kuat dari agama ini. Dia menentang bila hal ini dikaitkan dengan kondisi Yahudi semata, sebab ternyata selanjutnya dia berkata bahwa tidak seorangpun mendapat kebenaran karena hukum taurat. Melakukan hukum taurat ini yang dibelokkan, tadinya pengertian Taurat ini mencakup anugerah dan penebusan, namun kini bergeser kepada melakukan (tindakan sunat secara khususnya). Kita memiliki kecenderungan untuk berbicara menenai jasa kita, bagian kita. Boleh juga berbicara anugerah, namun kiranya jangan lupakan sama sekali bagian saya. Pandangan seperti ini saya percaya merupakan natur dari manusia yang bedosa. Hal ini diperburuk dengan penghukuman-penghukuman yang mereka terima karena dosa mereka, sehingga semangat untuk mengejar kesempurnaan semakin mengkristal sehingga penyimpangan yang bersifat peninggian jasa ini semakin meninggi. Yang ditentang oleh Paulus bukan observasi hukum Taurat namun usaha untuk diterima Tuhan, usaha untuk menjadi bagian dari umat Tuhan melalui obervasi hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa dia adalah orang Yahudi, bukan orang berdosa dari bangsa lain, namun hal ini tidak cukup, karena sebenarnya keselamatan bukan urusan Yahudi dan bukan Yahudi sebab menurut hukum Taurat, kita semua telah terjerat di dalam dosa. Karena itu dia menegaskan bahwa tidak seorangpun dibenarkan karena Taurat. Hal ini dinyatakan Paulus karena pandangan bahwa orang untuk masuk sebagai umat Allah haruslah umat Yahudi, harus menjadi proselit (non Yahudi yang disunat untuk menjadi bagian dari kovenan Allah terhadap bangsa Yahudi); karena keselamatan tidak ada di luar Taurat dan orang luar Yahudi orang tidak menenal Taurat; sekali lagi Paulus menyatakan bahwa keselamatan bukan karena melakukan hukum Taurat.

Selanjutnya kita melihat premis-premis yang melahirkan konklusi satanik ini. 1. Kita dibenarkan dalam Kristus. 2. tidak karena melakukan Taurat (diluar Taurat berarti berdosa) sehingga kesimpulannya adalah 3. Kristus adalah pelyan dosa. Jawabannya adalah tidak!!! Paulus menjabarkannya demikian, bahwa bila dia membangun kembali sistem yang sudah dirobohkannya (pembenaran karena melakukan hukum taurat), maka dia sendiri sudah berdosa. Pada ay 17 dinyatakan bahwa kami adalah orang berdosa, jadi bila hukum Taurat kami tegakkan lagi maka kami sudah menjadi pelanggar (karena kami berdosa). Berdasarkan Taurat aku telah mati (konsekuensi Taurat), namun kini aku hidup untuk Allah. Aku disalibkan dengan Kristus, dan hidup dalam Kristus. Hidup dalam Kristus bukan sekedar dikaitkan dengan status, namun berkait langsung dengan cinta. Hubungan kita dengan Allah adalah hubungan yang berkaitan dengan cinta, cinta itu yang menyerahkan Kristus kepada kita. Dengan demikian tidak ada jalan bagi antinomianisme (anti hukum).

Orang-orang Kristen Galatia sangat mungkin sedang sangat tertekan bukan sekedar oleh orang-orang Yahudi karena alasan teologis, namun juga diiringi dengan masalah sosial politik, karena mereka mendapatkan tekanan juga dari orang-orang yahudi ekstrim yang menganiaya mereka juga. Para penganiaya tersebut menekan orang-orang Kristen non Yahudi yang tidak bersunat. Kita melihat bahwa masalah sosial politik bisa berkait dengan masalah teologi seorang. Dalam hidup kita, permasalahan teologi bisa mempengaruhi kehidupan seorang, dan juga sebaliknya. Paulus berani menentang praktek ini bukan sekedar hingga tataran teologis namun hingga praktek fisik yang berhubungan dengan urusan politis juga. Bila mereka sudah terbiasa takut dalam menghadapi tekanan dan memberi diri mereka disunat, mereka bisa dengan lebih mudah terpengaruh teologinya (teologi yang mengajarkan melakukan observasi hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan). Luther bukan orang yang lepas dari pergumulan pribadi, tantangan zaman yang menyebabkan dia melahirkan teologi yang tidak terlepas dari keadaan. Ini hal yang sangat baik, pergumulan teologi kita dikaitkan dengan tantangan saat ini. Luther ketika melawan ajaran mengenai surat penghapusan dosa juga didorong oleh keadaan para petani Jerman yang sangat miskin; pergumulan tersebut membuatnya memikirkan ulang doktrin keselamatan yang dikaitkan dengan pembelian surat penghapusan dosa. Hal ini jarang ada dalam pergumulan hidup kita. Kita belajar doktrin seolah terlepas dari hidup keseharian kita. Paulus tidak membiarkan praktek observasi Taurat (melalui sunat) untuk mendapatkan keselamatan, meskipun hal itu sangat dipengaruhi kondisi politis, dia benar-benar memberikan restriksi yang tegas karena hal tersebut sangat mengancam doktrin mengenai injil yang diajarkannya.

Kini setelah Paulus menjelaskan bahwa tidak ada kebenaran di dalam Taurat dan bahwa kita telah mati di dalam Taurat karena kegagalan kita dalam menaatinya, dia mengatakan bahwa kita hidup untuk Allah. Paulus mengatakan bahwa bukan aku lagi yang hidup namun Kristus yang hidup di dalam aku. Tidak hidup menurut Taurat bukan hidup berkanjang dosa, Kristus bukan pelayan dosa. Di awal argumentasinya, seolah Paulus bersifat sangat bertentangan dengan hukum taurat, namun kini kita melihat bahwa dia hidup bukan melawan Taurat melainkan Kristus yang hidup di dalamnya. Dalam injil Matius kita melihat bahwa Kristuslah penggenapan dari hukum Taurat tersebut (Mat 5:17), Kristuslah yang menggenapkan secara sempurna kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama manusia secara utuh. Jadi kita mengerti bahwa kehidupan kita bukanlah kehidupan karena menjalankan hukum Taurat, melainkan kehidupan karena iman. Dan setelah kita hidup, kita hidup untuk Allah; hal ini mungkin tidak mudah namun hal tersebut dimungkinkan karena Kristuslah yang hidup dalam kita. Bukan kekuatan kita melainkan kuasa Kristus. Kita boleh menunduk ketika melihat kekuatan diri kita yang begitu lemah, namun kita harus menaruh kepercayaan yang tinggi pada kuasa Kristus yang memampukan kita hidup bagi-Nya. Amin!!!

1Perspektif baru dalam memandang surat-surat Paulus; terutama untuk memberikan pandangan tentang Injil dalam memberikan perspektif lain dari pembacaan Martin Luther yang berfokus pada keselamatan pribadi yang menentang keselamatan karena perbuatan baik. Kita tidak tentu setuju dengan semua kesimpulan dari New Perspective on Paul namun kita bisa melihat kekayaan pesan Injil Paulus dengan mempelajarinya

GOD be praised!!!

No comments:

Post a Comment