Friday, February 20, 2009

Triune God

Ortodoksi kekristenan tidak membiarkan pengajaran bidat memalsukan doktrin yang paling dasar dari kekristenan, secara khusus saya berbicara disini mengenai Allah Tritunggal. Pergumulan mengenai doktrin Allah Tritunggal telah mengalami berbagai perkembangannya hingga saat ini. Mulai Tertullian, Origen, Arius, berbagai konsili, Agustnus, dsb doktrin ini mengalami berbagai bentuk perubahan serta penyempurnaan. Syukur pada Allah, pada zaman ini kita bisa mendapatkan bentuk formulasi mengenai Allah Tritunggal dengan melihat pada karya iluminasi Allah Roh Kudus kepada para orang kudus, gereja Tuhan sepanjang sejarah mengenai doktrin ini. Secara ontologis kita mendapatkan rumusan ini demikian, yaitu bahwa Allah kita adalah Allah yang esa, diluar Dia tidak ada allah. Dia adalah satu-satunya yang layak dan harus menjadi sasaran ibadah kita. (Kel 20:1). Dia, yaitu Allah yang esa, terdiri dari tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Ketiga Pribadi tersebut unik, tidak bercampur dan tidak terpisah.

Saya ingin mengajak kita kembali melihat satu pendekatan dalam memahami Allah Tritunggal. Sekali lagi ini adalah pendekatan (approach) sehingga tidak mengharuskan kita untuk memilih formulasi Tritunggal yang mana yang harus kita pegang. Dalam segala keterbatasan saya, saya melihat bahwa doktrin Allah Tritunggal telah sangat banyak dibicarakan dalam wilayah filosofis, mengenai keberadaan ontologis-Nya, mengenai formulasi yang paling tepat dan dapat diterima akal kita, plus sesuai dengan apa yang dinyatakan Alkitab. Dengan demikian maka kita sampai pada pengertian Allah Tritunggal seperti sekarang (sekali lagi puji TUHAN telah memakai pergumulan orang-orang kudus yang sangat setia di masa lampau dan kini, yang kepada mereka kita semua dengan rendah hati belajar). Namun ada kecenderungan yang saya percaya kurang sehat dalam pembicaraan mengenai doktrin ini. Dalam suatu sesi Sekolah Minggu diRata Penuh GRII Kelapa Gading ketika saya mengajarkan materi ini kepada anak-anak kelas 5-6 SD, satu anak dengan jujur berkomentar sengan sopan, duh pusing nih kak... saya percaya bahwa mengenal Allah, mengenal PribadiNya adalah satu hal yang teramat berharga, kebenaran itu tidak boleh diluputkan dari setiap orang percaya, namun ada kecenderungan bahwa pembahasan doktrin ini menjadi satu hal yang sangat rumit dan melelahkan. Saya terkejut ketika mempersiapkan materi untuk kelas pra remaja dengan menggunakan katekismus Heidelberg, dimana doktrin “sulit” ini didekati dengan cara yang sangat lain.

Katekismus ini tidak membahas secara detail mengenai kebenaran-kebenaran abstrak mengenai Allah Tritunggal secara ontologis tetapi menggarap detailnya dalam pembahasan mengenai Pengakuan Iman Rasuli. Katekismus ini diawali dengan pertanyaan mengenai comfort manusia yang mana hanya jika manusia tersebut dimiliki oleh Kristus Yesus. Untuk itu katekismus ini membawa kita pada sebuah introspeksi panjang mengenai betapa jauhnya kita terjerembab kedalam dosa, dan betapa mengerikannya kita yang berada di dalam dosa. Kita sedang berada di bawah penghukuman Allah yang tidak terluputkan. Mewarisi pandangan Luther mengenai hukum Taurat, katekismus ini mengajarkan bahwa dari hukum Taurat yang disajikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus dalam dua kalimat besar (kasihilah Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia) ini manusia diajak untuk melihat dosanya. Konsekuensinya adalah jelas, manusia telah berada di bawah hukuman. Disini katekismus ini mengajak pembaca untuk melihat jalan buntu dari semua pemecahan, dan mendongakkan wajah hati kita kepada Kristus Yesus, sang Pengantara satu-satunya yang mampu dan akan membawa penyelesaian mengenai masalah dosa ini. Orang yang menerima anugerah di dalam Kristus tersebut adalah mereka yang beriman kepada Kristus. Nah Allah Tritunggal dibicarakan di dalam kaitan mengenai iman tersebut. Secara singkat isi pertanyaan jawaban tersebut adalah sebagai demikian:

Question 22. What is then necessary for a christian to believe?
Answer: All things promised us in the gospel, which the articles of our catholic undoubted christian faith briefly teach us.

Question 23. What are these articles?
Answer: 1. I believe in God the Father, Almighty, Maker of heaven and earth: 2. And in Jesus Christ, his only begotten Son, our Lord: 3. Who was conceived by the Holy Ghost, born of the Virgin Mary: 4. Suffered under Pontius Pilate; was crucified, dead, and buried: He descended into hell: 5. The third day he rose again from the dead: 6. He ascended into heaven, and sitteth at the right hand of God the Father Almighty: 7. From thence he shall come to judge the quick and the dead: 8. I believe in the Holy Ghost: 9. I believe a holy catholic church: the communion of saints: 10. The forgiveness of sins: 11. The resurrection of the body: 12. And the life everlasting.

Disini kita melihat satu rangkaian yang luar biasa dahsyat. Allah Tritunggal di bahas dalam rangkaian soteriologi. Ini sedikit berbeda dengan apa yang sering kita dengar, yaitu Allah Tritunggal di dalam Penciptaan, Allah Tritunggal di dalam Penebusan, dsb. disini pembicaraan difokuskan kepada karya besar penebusan Allah, dan Allah Tritunggal menyatakan DiriNya di dalamnya.

Pertanyaan mengenai satu dan tiga dalam katekismus ini dijawab dengan kesederhanaan :

Question 25. Since there is but one only divine essence, why speakest thou of Father, Son, and Holy Ghost?
Answer: Because God has so revealed himself in his word, that these three distinct persons are the one only true and eternal God.

Kesederhanaan katekismus ini mengajak kita untuk berpikir dan bergumul secara serius mengenai konsep pikir kita tentang kebenaran. Apa yang dinyatakan oleh Alkitab harus kita terima sebagai kebenaran, Firman Tuhan adalah satu-satunya standar yang mutlak dan tidak tergoyahkan, segala hal yang tidak sesuai dengan pernyataan Alkitab harus kita singkirkan karena kesalahannya. Allah adalah penentu segala macam nilai; baik, buruk, benar salah, indah, tidak indah harus kita verifikasi berdasarkan penafsiran Allah. Apa yang dinyatakan Allah melalui Alkitab adalah benar mutlak, inilah standar yang harus kita pegang dan standar lain harus kita uji berdasarkan standar ini. Ajaran ini tidak bertujuan untuk mematikan segala fungsi pikiran manusia, juga tidak mengajarkan fanatisme sempit yang anti-nalar. Tuhan adalah Pencipta dan Dia yang paling berhak untuk memberikan penafsiran dan memberikan penilaian terhadap segala ciptaan-Nya, karena itu kita menjadikan Firman Tuhan sebagai satu-satunya standar yang tidak tergantikan. Kita menerima Alkitab sebagai standar dengan iman; sebenarnya ketika dunia mengajarkan kepada kita untuk menerima akal sebagai standar tertinggi, hal tersebut juga diterima atas dasar kepercayaan terhadap kedaulatan manusia dan supremasi akalnya, sekali lagi hal tersebut dipercayai terlebih dahulu.

Kini kita kembali untuk merenungkan apa yang dikatakan katekismus ini. Kita diharapkan dapat menerima konsep Tritunggal, dengan dasar bahwa Alkitab telah menyatakannya. Allah adalah esa, diluar Dia kita tidak mengenal allah lain. Dan Allah yang esa tersebut telah menyatakan Diri-nya dalam Alkitab, bahwa Dia adalah tiga Pribadi, Bapa, Putera,dan Roh Kudus. Satu hal yang harus terus menggerakkan hati kita untuk terus memanjatkan syukur dengan tanpa henti kepada Allah adalah bahwa Allah yang menyatakan Diri-Nya sebagai Tritunggal tersebut menyatakan Diri-Nya kepada kita secara demikian dalam kaitan sejarah penebusan. Allah Tritunggal tidak diajarkan didalam Alkitab sebagai materi perdebatan filsafat saja namun sebuah pengajaran yang teramat mulia yang menundukkan kepala kita karena kita sadar kita orang berdosa dan pada saat yang bersamaan mengangkat hati kita didalam syukur yang tak terbendung karena sifat kasih, kasihan, serta ampunan-Nya yang teramat mahal dan mulia.

GOD be Praised!!!

No comments:

Post a Comment