Sunday, February 15, 2009

Hidup itu indah

Apakah hidup ini??? banyak orang berpandangan (sadar atau tidak) bahwa hidup ini mirip seperti permainan game. Jika kita cukup terampil plus punya muka bulat dan jidat yang lebar (katanya orang kaya ginian hokinya besar :D ) maka kita akan menang, lalu apa yang terjadi setelah kita menang??? yah kita tinggal menikmatinya, kita bisa bersantai memasuki bonus stage demi bonus stage, menikmati putaran score yang bergulir deras meningkat menunjukkan betapa hebatnya kita, sungguh nikmat. Kenikmatan pasca kemenangan itulah yang kita cari... Tidak heran ada banyak kakek2 yang masi keliatan gagah, sambil pegang janggutnya berbangga dengan sengsara pada waktu mudanya, saya dulu jualan koran, makan sagu sambil tahan lapar, ah tapi kini saya uda sukses, anak2 saya sudah jadi orang (nda tau dulunya apa kalau bukan orang), sekarang tugas saya sudah selesai... sebaliknya bagi mereka yang kurang terampil dan kurang hoki mereka akan terus2 kecemplung jurang dalam game hidupnya, akibatnya mereka mentok pada level 2 dari 99 level yang ada, nah orang2 ini akan terus restart game tersebut dan memainkannya dengan penuh duka nestapa... Hidup ini terlampau susah terlalu pait, banyak jurang yang saya tak mampu arungi, anak saya bandel, saya miskin, ah hidup memang pait, pengen mati aja rasanya...

Kitab Pengkhotbah memberikan kepada kita sebuah gambaran yang sangat unik mengenai hidup. Pada bagian awal kitab ini, sang pengkhotbah udah mendaftarkan begitu banyak aktivitas hidup manusia dan dia mengatakan bahwa semua itu adalah fana (dalam LAI memakai kata sia-sia), semua itu dapat binasa, bisa berhenti dan binasa. Ini merupakan suatu pikiran yang sangat hebat, berpikir mengenai segala sesuatu dan mendapati bahwa kesemuanya itu akan menemui akhir. Pengkhotbah dengan sangat mengesankan menyatakan bahwa dia memeriksa dan menyelidiki segala sesuatu (1:13-14) dan semuanya memiliki kesamaan, yaitu fana (menguap, seperti nafas- Ibr hebel) -kita bisa melihat kekayaan Hikmat Pengkhotbah ini dari kekayaan gambaran yang dipakai dalam Amsal, yang mana saya percaya sebagian besar ditulis oleh sang Pengkhotbah, yaitu Salomo- Ketika kita bisa mulai berpikir bahwa ada akhir, maka kita baru bisa menikmati atau lebih menghayati apa yang sedang kita hidupi saat ini, dan dengan cara bagaimana kita menghidupinya. Mari kita bayangkan kita berada pada lintasan balap yang kita tidak tau berapa lap panjangnya, sampai kapan kita akan berlari dan kapan kita akan finish, tentu kita akan sangat malas ikut lomba seperti ini. Nah, pengkhotbah telah menyelidiki segala sesuatu dan dia mendapati satu kata yang sama, yaitu kefanaan!!! Segala sesuat memiliki akhir dan segala sesuatu adalah fana. Dari dasar ini nanti kita akan melihat bagaimana dia bisa menilai hidup ini.

Apakah kita pernah berpikir mengenai hidup ini; yah mengikuti tradisi Reformed dari katekismus Westminster tentu kita akan berkata bahwa tujuan kita adalah untuk mempermuliakan Dia, dan menikmatinya sampai selamanya, tapi benarkah kita menggumulkan hal ini??? Pertama kita perlu tau mengenai kefanaan dalam hidup. Yah mengenai hal ini kita sangat2 tau. Tapi celakanya mungkin banyak diantara kita yang “terlampau” tau mengenai hal ini, dan bukan seperti pengkhotbah yang ketika tau maka dia mulai mampu menemukan makna dalam dirinya yang memang telah diberikan oleh Tuhan Allah, kita sebaliknya justru menjadi ignorant terhadap hidup ini. Ini suatu sikap yang sangat berlawanan. Jangan salah, kitab Pengkhotbah bukanlah kitab yang mengesampingkan hidup ini, kitab ini justru menyatakan mengenai bagaimana kita hidup, bukan mempersiapkan kita untuk ramai2 menyampahkan idup!!! Yah kita tau benar bahwa hidup ini fana, kita tau bahwa hidup ini akan berakhir dan kita tau setelah kematian ini kita akan kemana... tapi celakanya kita tidak tau mengapa kita sekarang tetap hidup, kita lebih tau apa yang akan terjadi setelah kita mati. Ada orang bijak yang berkata, ah jangan tanya kepada saya apa itu mati, sebab saya belum tau sebenarnya apa itu hidup (para frase). Mengapa demikian???
Saya percaya doktrin keselamatan (Soteriologi) kita membawa pengaruh yang sangat kuat disini. Apa isi doktrin keselamatan kita??? Sola gratia, Sola fide. Kita diselamatkn oleh Allah melalui iman oleh anugerah Allah semata bukan usaha diri kita; Tuhan menerima kita yang lemah dan tak berdaya (mari menyanyi little one to Him belongs), Tuhan tidak mencari yang kuat, kaya, hebat ( ini sih seleksi alamnya Darwin mungkin yah :D ); lalu untuk apa kita diselamatkan, diselamatkan dari apa??? Kita bisa menjawab dengan sangat lugas diselamatkan dari kutuk dosa, dari kengerian neraka, diselamatkan untuk menikmati kemuliaan Tuhan bersama dengan Dia selamanya; di sorga sana, dengan pakai baju putih dan bermahkota emas (kata guru2 Sekolah Minggu) wah indah sekali bukan??? Yah kalau doktrin keselamatan kita hanya berhenti sampai disini maka tidak heran kalau kita jadi kurang berpikir mengenai hidup kita di dunia ini, kecuali berbagai jaran moral yang dangkal saja. Yah... Tuhan sudah baik buatku, maka yah kamu jangan emosian lah, udahlah dia memang gitu orangnya... (kalimat ini kita anggap menjadi ciri kita sebagai orang Kristen), bukankah Tuhan sudah mengampuni kamu, kamu harus mengampuni donk...

Kita hanya mampu melihat hidup kita di dunia ini sebagai pelatihan moral dari orang yang sudah menerima kasih Kristus. Saya percaya Salib merupakan satu karya yang sangat agung, bersifat misterius, dan sangat menggugah, namun penyeliban Kristus telah sering kali kita sempitkan maknanya hanya pada beberapa kata dari rasul Paulus yang secara lucu kita jadikan ayat emas (bagaikan Amsal kita memotong ayat2 itu dari konteks untuk kita hafalkan dan kita suru anak Sekolah Minggu hafalkan); aku sudah disalib bersama Kristus dan aku sudah dibangkitkan bersama-Nya... Dalam Injil kita mengetahui bahwa kita akan kemana ketika kita akan mati, tapi sayangnya kita lupa bahwa karya Injil, yang berarti pertobatan itu juga memiliki kandungan makna yang diutarakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus kepada si pelacur, pergi dan jangan berdosa lagi. Karya penebusan Kristus mengembalikan ciptaan yang telah dibalik arahkan oleh dosa, bukan melenyapkan ciptaan. Dalam ciptaan ada hidup, dalam hidup ada keberagaman, ada keindahan, ada cinta, namun itu semua telah dibalikkan oleh dosa, dan penebusan mengembalikan semuanya ke order yang benar. Penebusan bukanlah tindakan frustasi dari Tuhan yang kecewa pada kegagalan ciptaan-Nya; Tuhan bukan Dia yang berkata: yah Aku ini uda cukup pada Diri sendiri, cipta ciptaan untuk share kemuliaan eh kamunya malah berdosa, ya uda wes, salahmu sendiri tak ancurin aja... bukan!!! Ketika doktrin keselamatan kita hanya berbicara mengenai bagaimana masuk ke dalam sorga kita akan memiliki hidup yang sempit, kita juga akan menyempitkan kedatangan Kristus kedalam dunia. Kalau kita tanya mengapa Kristus datang ke dunia, mungkin banyak diantara kita yang menjawab dalam hati, yah untuk mati disalib tebus dosa kami (sukur2 kami, bukan cuma saya, titik!!!). Wah kalau cara pandang kita seperti ini kita sebenarnya telah mengabaikan seluruh karya Kristus dan menyempitkannya hanya kepada karya kematian-Nya saja. Padahal Kristus datang ke dalam dunia menggenapkan kehendak Bapa; Dia sang Penebus telah menunjukkan dengan sempurna sebenarnya apa itu penebusan, yaitu membalik arahkan seluruh tatanan hidup kembali kepada kehendak Bapa. Kehidupan Kristus, karyNya sewaktu hidup bagi kita hanyalah sekumpulan ilustrasi untuk cerita sekolah Minggu saja, yang penting Dia mati bangkit dan naek ke sorga dan akan datang kembali titik!!! Jika demikian, tidak heran kita akan kebingungan mendapati makna dalam hidup kita selain seperti yang kebanyakan orang dunia alami, kita bercita2 menurut kita, kita berusaha meraih apa yang kita dambakan, kita berusaha meraih permen dan menghindari pecut, yah (sebagai orang Kristen) plus hari Minggu ke gereja, plus doa pagi, plus datang persekutuan; tapi ujungnya apa, ya mati, ujungnya yang penting nanti mati ketemu Tuhan.
Lho... tapi kenyataannya kita masi dikasi hidup oleh Tuhan kita, Tuhan masi mau kita hidup dan kita hanya pikir nanti kalau mati (bagi org yang idupnya sengsara), atau sebaliknya kita pikir untuk selamanya kita akan idup (bagi kita yang idup senang). Kedua hal ini yang dibabat oleh kitab Pengkhotbah ini.

Satu hal yang sangat ajaib, setelah berbicara banyak mengenai kefanaan, mengenai siklus hidup berbagai mahluk; dia menambahkan bahwa ada ketidak matian dalam diri manusia. Ayat yang kita baca sangat unik, menyatakan bahwa Dia memberikan segala sesuatu indah pada waktunya, dan dilanjutkan kepada ketidak matian manusia. Jika demikian maka kita sama sekali tidak dapat memandang enteng kehidupan kita. Segala sesuatu indah pada waktunya, kapan waktunya itu??? Saya percaya dengan penafsiran yang diberikan oleh LAI, yaitu waktunya bukan Nya besar, artinya ketika segala sesuatu itu datang, maka itu adalah indah. Kita sering bicara ah ini bukan waktunya Tuhan, bukan sekarang, kita kelambatan, atau kita kecepetan, yah nda sesuai dengan waktunya Tuhan sih... dengan demikian ketika satu hal buruk menimpa kita kita akan mendongak dan tanya, ini waktunya Tuhan bukan ya??? Saya percaya setiap waktu ada hal yang terjadi, maka Tuhan akan membuat itu indah, waktunya adalah waktu itu, sehingga dalam segala hal yang terjadi, hal itu terjadi atas ijin dan penetapan Tuhan sehingga itu indah. Indah dimana??? ini menjadi pertanyaan yang lazim kita kemukakan. Indah apanya??? Anak saya sakit, kakak saya kecanduan, apanya yang indah, dimana dia waktu segalanya membuatku sakit??? Ini menjadi suatu pertanyaan yang sama sekali tidak mudah untuk dijawab. Moltman menjawabnya, disini, besama2 kita, Dia menderita bersama kita!!! Dimana Allah ketika orang Yahudi ditindas oleh imperial Roma yang sangat kejam itu, jawabannya adalah disana, bersama2 dengan orang Yahudi yang lain, menderita bersama umat-Nya. Tidakkah ini indah??? Selain kita mengetahui bahwa Allah mengontrol segala sesuatu, Dia maha kuasa, kita juga tau bahwa pada masa2 tersulit kita Dia ada bersama2 kita, menderita bersama2 kita. Yesus berseru kepada Paulus ketika dia belum bertobat, hey Saulus mengapa Engkau menganiaya Aku??? Wah apakah dengan demikian maka kemaha kuasaan Allah berkurang, justru tidak; disini kita melihat bahwa Tuhan dalam kemaha kuasaan-Nya yang bebas dan penuh berdaulat memilih untuk menyertai umat-Nya dan sharing di dalam penderitaan yang dialami. Tidak berhenti sampai disana, Allah juga adalah Allah yang akan mengalahkan segala dosa dan kejahatan; Dia bukan saja menunjukkan solidaritas, namun Dia memiliki kuasa yang luar biasa besar untuk mengangkat manusia kembali. Kita boleh kagum atas orang yang solider; Presiden yang makan bersama wong cilik, wah hebat, tapi inget setelah pulang, presiden tetep presiden dengan mobil yang melaju kencang dan plat RI 1; sementara si wong cilik tetep wong cilik yang mungkin berpikir apakah ada sagu untuk sekedar ganjel perutku dan anak2ku yang jumlahnya 11 biji besok... Allah kita bukan sekedar solider namun Dia adalah Allah yang mampu dan akan mengangkat kita kepada-Nya. (saya tidak memaksudkan sorga model terbang terbangan)Pengharapan akan berakhirnya hidup kita, dan bahwa hidup yang akan berakhir ini akan terus berlanjut hingga tidak ada akhirnya ini akan menjadikan kita aware terhadap hidup kita. Sekali lagi terhadap hidup kita. Banyak yang berpikir bahwa kitab Wahyu itu sangat sulit, kita sangat jarang jamah kitab ini ( takut sesat mungkin :D ), ataupun bagi kita yang buka kitab ini, kita melakukannya sekedar untuk kutak katik, memenuhi rasa ingin tau kita akan apa yang akan terjadi di kemudian hari... hari depan menjadi misteri yang sangat ingin kita pecahkan, ini satu lagi gejala aneh dalam hidup kita, bahkan orang Kristen doyan dengan horoskop; lega kalau bintang anda mengatakan bahwa anda akan enteng jodoh, enteng rejeki... setelah itu apa??? senyum2 membayangkan rejeki yang akan datang di masa datang, dan sekali lagi lupa berpikir mengenai sekarang apa??? Kitab Wahyu merupakan surat yang dikirimkan untuk menguatkan jemaat yang sedang tertindas dsb. Surat ini bersifat pastoral (dengan sastra apokaliptik).
Mengenal hari depan kita, pengharapan eskatologis didalam soteriologi tidak semestinya membuat kita bengong dalam hidup ini sambil menantikan esok, esok, dan esok di sorga, namun semestinya membuat kita semakin mengerti dan bertanggung jawab dalam menjalani hari ini.
Sekali lagi saya balik pada pertanyaan apa yang akan kita hidupi??? Pengkhotbah tidak mengajarkan kepada kita untuk menyepikan hidup di dunia ini. Dia mengatakan makan, minum, itu pun pemberian Allah. Saya sering mendengar kesaksian dari orang yang pergi menginjili, menjadi misionaris dsb. Apa yang saya lakukan, dulunya saya adalah bisnisman, saya mampu membuat tenunan kain yang terbaik, terhalus dengan harga termurah lho, pabrik saya luar biasa besar, ah tapi sejak Yesus dihatiku maka aku meninggalkan pekerjaan duniawi itu dan memulai pergi menginjili. Pertanyaan saya adalah, apakah itu pekerjaan duniawi, apa itu pekerjaan sorgawi??? Dokter itu duniawi atau sorgawi, kalau pendeta, wah jelas sorgawi, kalau tukang pajak, yah jelas duniawi, ini kan pekerjaannya Zakeus... benarkah demikian??? Makan minum, wah itu kedangingan, kurang rohani kalau pikir makan minum, tapi pengkhotbah berbicara dengan sangat lain, itupun pemberian Allah, dan Allah yang melakukannya. Wah Allah kok ajarkan kita jadi orang duniawisih??? Tentu tidak demikian!!! Duniawi atau rohani bukanlah berbicara secara ontologis alam material atau alam spiritual, kalau tukang pajak urusannya dengan alam material gitu, kalau pendeta urusannya jiwa... wah kacau!!! Saya percaya duniawi berarti bersifat melawan Allah, sehingga pendeta mungkin orang yang sangat duniawi, sementara politikus mungkin juga sangat rohani. Namun ini tidak berhenti sampai disini, kalimat itu dilanjutkan supaya manusia takut akan Allah, supaya manusia give reverence kepada Dia. Nah ini sangat penting. Sekali lagi saya ulang mengapa saya hidup??? jawabannya bukan sekedar untuk tunggu mati dan masuk sorga.

Hidup kita ada akhirnya, kita harus memperhatikan aspek ini agar kita berbijak didalam hidup ini, namun hidup ini juga akan terus berlanjut, bukan berakhir begitu saja. Allah memberikan apresiasi terhadap hidup, karena itu marilah kita menghidupi hidup kita ini dengan baik, mendapati makna yang memang telah diberikan oleh Allah sendiri, dalam segala hal yang terjadi, itu adalah indah. Syukur kepada Allah, kita tau bahwa hal itu adalah indah; yang menjadikan indah adalah Allah sendiri. Dia adalah Allah yang menyertai kita, bersama2 dengan kita, apa yang lebih indah dari pada hal itu, dan Dia juga Allah maha kuasa yang akan mengangkat kita dalam persatuan dengan diri-Nya. Mari ktia menghidupi hidup kita dengan penuh gairah, kekuatan, cinta; mari kita bertanggung jawab terhadap hidup kita, menggumulkan panggilan kita, memandang dengan cara yang baru hidup kita yang sama. Kita akan menghadapi realita yang sama, hidup yang sama, guru yang sama, boss yang sama, namun ketika kita melihatnya dengan cara yang baru, yaitu bahwa Allah membuatnya indah, karena Dia sang pemberi nilai indah atau tidak indah, maka sudah semestinya kita merayakan hidup kita mengerjakan hidup kita dalam segala keluasan aspeknya dengan penuh suka dan cinta, demi mempersembahkan takut kita akan Dia.
From Bintaro with love...

Terpujilah ALLAH!!!

No comments:

Post a Comment